Kapita Selekta 21 November 2013, dengan judul “Perkapalan dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas” oleh Ibu Hendratmi Susilowati, CMarTech MIMarEST. Background Beliau dari Teknik Perkapalan ITS, dan Master of Business Administration, UGM. Sekarang Beliau bekerja di SKK Migas. Indonesia sekarang sudah menuju ke penambangan offshore walau masih sulit pembebasan lahan, izin ke Pemerintah yang panjang, dan dampak sosial yang lain. Dari SKK Migas selalu ada perkembangan wilayah kerja setiap tahunnya. Mengapa produksi Migas yang selalu turun tetapi masih bisa mencapai target dari APBN yang selalu naik? Ini semua karena harga BBM yang selalu naik. Penggunaan kapal sebagai aktivitas bisnis minyak dan gas paling banyak digunakan di Indonesia dibanding di negara luar (1%). Jumlah pengeluaran untuk sewa kapal di Indonesia sudah mencapai 2,5 juta dollar Amerika perhari atau 912 juta dollar pertahun. Kapal yang disewa di Indonesia biasanya untuk menambang minyak di bawah laut. Untuk eksplorasi minyak dibutuhkan $ 600 juta untuk meminjam kapal drill dan $ 200 juta untuk kapal pemasang pipa. Dalam pembangunan offshore diperlukan fasilitas produksi seperti: Lingkungan (data Metocean, Sea Bed <berlumpur atau tidak>), Ukuran tambang, Offshore treating facilities, Electric power facilities, Utilities, Quarters, Mooring, Crude oil/LPG/LNG/condensate loading, Manning requirements, Sales gas pipeline, Safety, Control and loss prevention. Pemasangan drill di laut ada 2 jenis yaitu fixed dan floating. Jenis drill sebagai berikut: Conventional fixed platforms, Compliant tower, Vertically moored tension leg, Mini-tension leg platform, Spar, Semi-sumersibles, Floating production(storage, and offloading). Di Indonesia biasanya dibuat floating. Beliau juga menjelaskan beda satu type drill satu dengan lainnya. Masalah untuk kemajuan offshore adalah lower weight (daya angkut kecil), less expensive hull, greater motion stability, payload capacity, deepwater riser technology, mooring lines for ultra deepwater. Dalam membangun sebuah offshore kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut Floating/ platform, Location – mature/isolated, Good / bad weather, New build / tanker conversion, Service life, Single / double hull, Cargo storage size, Mooring-spread / turret, Permanent / disconnectable. Jenis-jenis kapal pengangkut Migas adalah Coastal tanker (205m) untuk 300.000-400.000 bbls, Aframax (245m) untuk 800.000 bbls, Suez-Max (285m) untuk 1-1,3 Mbbls, VLCC (330m) untuk 2 Mbbls, ULCC (415m) untuk 3-4 Mbbls. Mooring (penahan drill) ada 2 jenis yaitu: Spread dan Single point. Spread mooring= tidak mempunyai petunjuk arah angin, cocok untuk drill type semisubmersible, spars, monohull. Single Point mooring= ada petunjuk arah angin, connection/disconnection feasible, cocok untuk drill type CALM, SALM, External Turret, Internal Turret.
Beliau juga menjelaskan proses pembuatan gas LPG, dialirkan kemana hasil dari minyak olahan pabrik, tata letak mesin di kapal. Produksi Migas di dunia mencatat untuk ASEAN, memiliki nilai FPSO 20 (Indonesia menyumbang 5), Prod Semi 1, TLP 1, Spar 1, Barge 2, FSRU 1 dan storage FSO 46 (Indonesia menyumbang 17). Indonesia juga memiliki FPU(Floating Production Unit) 2, dan MOPU(Mobile Offshore Production Unit) 1, jadi total fleet Indonesia ada 25 unit. Beliau juga berbagi proyek yang lagi tersedia di pasaran Indonesia untuk diambil oleh engineer. Beliau juga cerita tentang kesalahan-kesalahan kapal pada tahun 2011 sehingga kapal tersebut terbakar saat beroperasi. PMS Audit di kapal spefisikasi yang dilihat adalah Ship particular, Ship certificate & documentation, Ship operation manual, Hull components, Machinery components, other components (electrical components, navigation equipments, life saving aplliance / LSA, mooring system). Pembawa gas dibagi 2 yaitu: Membrane (reliable, deck kapal besar, lebih ringan dari IHI-SPB, sloshing efek yang lebih besar, lebih lama inspeksi time), Independent Tanks (dibagi 3 yaitu: type A untuk LPG refrigerated dengan volume besar, type B untuk LNG, type C untuk LPG ukuran maks 30.000 cbm). Jenis-jenis tank: Membrane, Moss tanks, IHI – SPB. Beliau juga cerita tentang asas cabotage yang menyatakan bahwa kapal yang membawa distribusi barang dan perdagangan yang berlayar di Indonesia haruslah oleh kapal Indonesia dan dikendalikan oleh warga Indonesia. Beliau juga berkata bahwa nama suatu kapal haruslah sesuai dengan nama dari daerah dimana proyek kapal itu akan digunakan. Pendapat saya: harus diteliti penyebab penurunan produksi Migas dan dicegah bahkan dihindari agar tidak terjadi kembali; seharusnya diberanikan untuk membeli kapal drill dan kapal pemasangan pipa agar tidak lagi terkena sewa yang mahal terus menerus.