Kapita selekta 3 Oktober 2013, diisi oleh Ir. Arthur Tanujaya, dengan topik tentang Salt The White Gold. Beliau adalah alumni Teknik Mesin Universitas Indonesia angkatan 1980 dan lulus tahun 1986, sekarang ia bekerja di PT. Cheetham Salt Limited, yang berlokasi Cirebon. Perusahaan ini adalah milik Australia yang sudah menjadi perusahaan berskala Internasional, salah satunya adalah di Indonesia. Beliau menjelaskan mengapa ia pindah bekerja di bidang garam dari pekerjaan sebelumnya. Intinya karena garam adalah suatu unsur kimia yang dipakai seluruh kebutuhan manusia. Pengertiaan garam disini pun sama dengan garam yang disebut di dalam kimia, yaitu percampuran antara logam dan non logam. Garam yang dihasilkan terdiri dari unsur 30% Natrium, 55% Chlorida, dan lain-lain. Untuk jenis garam secara detil ada banyak, seperti yang dijelaskan oleh Peng Tzao Kan Mu, tabib dari China 4700 tahun lalu, ia membahas tentang 40 jenis garam dan dua cara untuk mendapatkan garam; cara tersebut masih dipakai sampai saat ini. Di tahun itu di China, garam memang dipakai sebagai mata uang dan itu juga berlaku di Mesir. Komentar saya untuk masalah pekerjaan di bidang garam: saya tau garam itu penting bagi kehidupan tetapi untuk masalah prospek kerja kedepannya, garam bagi saya tidak cukup menarik dibanding dengan pekerjaan lainnya. Hal ini dikarenakan juga oleh added value-nya kecil.
Produksi garam di dunia sudah sampai 240juta ton lebih, yang dihasilkan oleh China 70juta ton, Amerika 46juta ton, Jerman 18,6juta ton, dan lain-lain. Dilihat dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih sangat kecil dalam memproduksi garamnya, padahal garam ini adalah suatu hal pokok dari segala jenis kehidupan manusia. Dan memang kebutuhan garam di Indonesia (dari data yang didapat kira-kira 3,5 juta ton) masih diatas dari produksinya, hal ini dikarenakan dari jumlah penduduk Indonesia yang banyak. Ya memang dilihat dari segi keuntungan garam tidak banyak memiliki nilai tambah yang cukup besar tetapi untuk mengalahkan suatu Negara bisa dengan memblokir garamnya saja sudah bisa membunuh dan menghentikan segala jenis produksi Negara tersebut. Hal penyebab mengapa Indonesia susah dalam memproduksi garam adalah dari cuaca alam di Indonesia, musuh utama dalam pengeringan air laut adalah curah hujan, biasa disebut dengan NBE (Net Brine Evaporation) dengan rumus F1 x F2 x Gross Evaporation – Rain. Komentar saya: Berarti produksi garam ini juga salah satu kewajiban Negara untuk melindungi / menjaga kestabilan industry tersebut.
Proses untuk mendapatkan garam bisa melalui evaporating oleh mesin pemanas (penguapan air laut dengan listrik), atau dengan solar salt (penguapan air laut dengan memanfaatkan sinar matahari); dan juga melalui tambang dari batuan garam. Dengan alat yang tersedia PT. Cheetam melakukan penyedotan air laut dengan pompa sebanyak 14 milyar liter pertahun. Dan setiap 1027 gram air laut tersebut menghasilkan kurang lebih 35 gram garam. Masalah dari penyedotan air tersebut adalah adanya algae yang tertarik ke dalam sehingga diperlukan banyak saringan / filter dari ukuran besar ke kecil. Untuk hasil dari batuan garam, batuan tersebut dikikir dengan alat berat dan hasilnya harus tetap diproses lagi karena belum murni 100% garam, tetapi ada unsur-unsur batuannya juga. Pemakaian garam yang paling umum adalah untuk makanan, dies pewarna pakaian, kaca, plastic, PVC, kertas, air infus dan juga masih banyak lagi yang lainya. Pemakaian terbanyak selain untuk makanan adalah untuk produksi Chlorine dan caustic soda di perusahaan PVC; jumlah pemakaiannya sampai 35% dari produksi garam.
Ir. Arthur juga menunjukan gambar-gambar proses untuk mendapatkan garam dari cara jaman dahulu (abad 19, masih pakai karung dan tenaga manusia) sampai yang baru saat kini (menggunakan mesin penyedot dan hasil langsung di dalam karung). Ia juga menjelaskan masalah naik turunnya produksi garam karena petani garam yang memiliki kolam untuk menjemur garam malah menjadikannya sebagai kolam ikan ternak saat musim hujan, secara ekonomi hal ini benar, tetapi secara hasil akan berbeda, karena sisa dari kolam ikan tadi akan membuat kotor hasil garam berikut-berikutnya. Beliau juga menunjukan betapa pentingnya teknik mesin masuk dalam industry karena walaupun saat lulus memang merasa tidak tahu banyak hal, tetapi kita sudah memiliki basic yang cukup untuk menghadapi hal-hal tersebut dibanding orang lain yang belum pernah belajar tentang itu. Komentar saya: Terimakasih sudah menjelaskan industry garam di dunia, dan untuk sharing pengalamannya.